Wednesday, January 2, 2019

Sunday, April 8, 2018

pantoranews/int

Banda Aceh – Wacana pemekaran wilayah baru di Aceh Utara menjadi wilayah Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB), Kota Panton Labu mendapat dukungan penuh dari sejumlah tokoh politik di ibukota provinsi, salah seorang yang dimaksud adalah Wakil I DPR Aceh, Teuku Irwan Johan, yang hadir dalam Forum Diskusi Group (FGD) di Hotel Grand Nanggroe, Kota Banda Aceh, Sabtu 28 April 2018.
Kehadiran tokoh politik tersebut di tengah-tengah forum CDOB Kota Panton Labu merupakan bentuk dukungan dan sinyal positif dalam persiapan pemekaran wilayah setempat.
Selain Teuku Irwan Johan, Wakil Ketua I DPR Aceh, Hamid Zain Sekwan DPR Aceh, Fauzi Yusuf  Wabub Aceh Utara, Ketua dan Anggota DPRK Aceh Utara, Komite Pemekaran, serta dihadiri oleh sejumlah tokoh muda dan akademisi yang berasal dari wilayah CDOB Kota Panton Labu.
Teuku Irwan Johan dalam sambutannya menyampaikan, semoga CDOB Kota Panton Labu segera terwujud menjadi kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
“Selain CDOB Kota Panton Labu, sebelumnya DPR Aceh juga pernah paripurnakan dua CDOB lainnya, yakni Kabupaten Aceh Raya dan Kota Meulaboh,” ungkap Politisi Nasdem.
Menurutnya, DPR Aceh dalam hal ini akan memberi dukungan sepenuh-penuhnya atas aspirasi masyarakat yang berkembang dan tidak pernah menghalang-halangi proses pemekaran.
“Karena tugas DPR Aceh sebagai wakil rakyat di parlemen untuk memperjuangan aspirasi dan harapan dari rakyat,” tuturnya.
Kehadiran tokoh masyarakat dalam forum ini sebagai bukti bentuk keseriusan dukungan masyarakat dalam lima kecamatan yang masuk dalam wilayah CDOB Kota Panton Labu.
“Ini semua menjadi perjuangan bersama dan kami berharap, semoga nantinya setelah terbentuk menjadi Kota Panton Labu, akan menjadi sebuah wilayah baru yang lebih bai dari kota induknya,” pintanya.
 Masih menurut Irwan johan, langkah pemekaran ini dilakukan dengan harapan, agar masyarakat yang ada dalam 5 kecamatan ini perekonomiannya menjadi lebih baik. Selain aspek perekonomian dan pembangunan, juga pendidikan, kesehatan, serta berbagai aspek lainnya juga harus dipersiapkan sedini mungkin.
“Kita tidak ingin, setelah pemekaran dilakukan justru taraf hidup masyarakatnya tertinggal dibandingkan dengan kabupaten induknya. Pemekaran ini bukan hanya untuk gagah-gagahan untuk  punya kota baru,” ujar Wakil Ketua I DPR Aceh.
Nurdin Sementara itu, Ketua Komite Pemekaran CDOB Kota Panton Labu, Hendra  menambahkan, lobi-lobi politik juga mulai dilakukan baik dengan pemerintah Aceh ataupun dengan Ditjen Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negri dalam hal ini pemerintah pusat.
"Proposal akan kita sampaikan pada minggu ketiga bulan April atau awal bulan Mei 2018. Nanti, kita juga akan kita deklarasikan di Panton Labu. Namun, hal ini masih dalam persiapan, karena akan mengundang sekitar 1860 lebih perwakilan masing-masing desa di lima kecamatan yang tergabung dalam CDOB Kota Panton Labu," tambahnya. (zjp)

joelpantora


Banda Aceh – Seratusan masyarakat yang tergabung ke dalam wilayah Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) Kota Panton Labu, gelar Forum Discusion Group dengan sejumlah tokoh di Aula Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh, Sabtu, 7 April 2018.  

Kegiatan yang bertema “Mempersiapkan Diri Menyongsong Lahirnya Calon Daerah Otonomi Baru Kota Panton Labu” itu dihadiri seratusan masyarakat yang terdiri dari tokoh, unsur pemerintahan, anggota dan pimpinan DPRK Aceh Utara, Wakil Bupati Aceh Utara ke pusat ibukota Provinsi Aceh itu merupakan wujud keseriusan panitia CDOB dalam menggagas pembentukan wilayah baru di Kabupaten Aceh Utara.

Selain hadir perwakilan dari 5 kecamatan, di Kabupaten Aceh Utara untuk mendukung wacana pemekaran Panton Labu menjadi daerah otonomi baru di Aceh. Forum tersebut juga di hadiri oleh Wakil I DPR Aceh, T Irwan Johan, Sekwan DPR Aceh, Hamid Zen, akademisi, dan beberapa anggota DPR Aceh lainnya.
Aceh Utara saat ini memiliki 27 kecamatan dengan jumlah 850 desa, namun jika pemekaran ini terealisasi, maka Kota Panton Labu akan menjadi daerah kabupaten kota ke 24 di Aceh. Adapun 5 kecamatan yang dimaksud merupakan Kecamatan Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Langkahan, Baktiya, dan Baktiya Barat.
Ketua Komite CDOB Kota Panton Labu, Hendra Nurdin kepada awak media saat kenferensi pers mengatakan, gagasan CDOB Kota Panton Labu lahir dari masyarakat kalangan bawah dengan dasar alasan adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam ruang lingup kawasan setempat.

Kita sudah mensosialisasi terkait CDOB ini, bahkan yang hadir hari ini merupakan perwakilan gampong, Mukim, dan perwakilan dari 5 kecamatan CDOB Kota Panton Labu,” tutur  Hendra.

Menurut Hendra Nurdin, Ketua Komite, bahwa selama ini masyarakat merasa kurangnya pelayanan pada proses pelayanan publik, hal itulah yang menjadi menjadi dorongan sehingga pemekaran ini akan semakin baik, cepat dan efektif.
"Aceh Utara wilayahnya sangat besar, sehingga sulit untuk memperoleh pelayanan publik dengan baik dari ibu kota kabupaten," sebut Hendra. (zjp)

Monday, April 2, 2018

Banda Aceh - Syahrul Mubarak dan Joni Siswandi resmi menjabat sebagai Ketua dan Wakil Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Seunagan Timur (IPELMASAT) Banda Aceh periode 2017-2019, setelah dilantik di Aula Gedung Dispora, Banda Aceh, Sabtu (31/03/18).

Sementara itu, pengukuhan pengurus tersebut dilantik langsung oleh Camat Seunagan Timur, Said Salami dengan disaksikan tokoh dan alumni Suenagan Timur, ketua Ipelmasra dan seluruh perwakilan paguyuban se-Kabupaten Nagan Raya.

Ketua Demisioner Ipelmasat  Said Maulisal Rezki dalam sambutannya menyampaikan, ada dua pekerjaan rumah yang harus dilaksanakan oleh pengurus baru.

"Pertama, pembangunan asrama di atas tanah yang sudah ada tanah tapi sampai saat ini belum ada tiang atau pondasi. Saat ini, di atas tanah yang dimiliki IPELMASAT hanya ada sebatang pohon Kelapa yang tegak berdiri diantara rerumputan. Kedua, terus tingkatkan silaturrahmi dengan tokoh-tokoh yang ada di Banda Aceh," ungkapnya.

Syahrul Mubarak, Ketua IPELMASAT usai dilantik dalam sambutannya mengungkapkan, kami pengurus yang baru saja dilantik yakin dan percaya penuh pembangunan asrama akan terlaksana pada tahun ini.

"Tujuan saya menjadi ketua IPELMASAT  untuk meneruskan perjuangan senior-senior membangun asrama, saya berjanji untuk terus memperjuangkan asrama yang telah kita nanti-nantikan sejak puluhan tahun lamanya," ujar ketua IPELMASAT.

Ia juga menambahkan, saya siap mengundurkan diri apabila tahun ini pembangunan asrama tidak segera dimulai.

"Kemudian kami juga akan terus mempererat hubungan silaturrahmi dengan tokoh-tokoh yang berasal dari Seunagan Timur, baik itu yang bermukim di Banda Aceh atau di daerah," ujarnya

Dalam hal itu, Camat Seunagan Timur, Said Salami dalam sambutannya menyampaikan, saya selaku Camat Seunagan Timur mengucapkan selamat kepada adik-adik yang baru saja dilantik sebagai pengurus baru Ipelmasat periode 2017-2019.

"Semoga dapat mengemban amanah dengan baik dan untuk pembangunan asrama kami sangat mendukung, bahkan beberapa hari yang lalu kita juga telah memperbarui panitia pembangunan asrama, ini merupakan langkah awal dan berharap agar segera terlaksana serta tercapai apa yang telah kita cita citakan selama ini," ungkapnya.

Kemudian, tokoh Ipelmasat juga menyampaikan dukungannya, hal itu diwakili oleh Drs. Djasmi Has, MM yang sekarang menjabat sebagai anggota DPR Aceh.

"Kami mendukung penuh untuk pembangunan asrama, tadi juga sempat kami bicarakan dengan pak camat dan beliau pun sudah berkomitmen," tutur Djasmi Has.

Saya menyarankan kepada adik-adik semua untuk lebih sering melakukan silaturrahmi tidak mesti acara seperti ini dalam bentuk formal, namun juga bisa dalam bentuk non-formal.

"Adik-adik, dalam berorganisasi apalagi ini paguyuban kecamatan anggaplah kita semua bersaudara, jadi kita harus saling menghormati dan membantu satu sama lain", tutupnya.

Turut hadir, Prof. DR. Nasir Budiman, Said Mustafa Usab Al-Idrus, Alumni-alumni Ipelmasat, Ketua Demisioner Ipelmasat, Ketua Ipelmasra, dan perwakilan paguyuban kecamatan se-Kabupaten Nagan Raya.

Monday, March 26, 2018

joelpantora

Banda Aceh (Pantoranews) : Sejak Polda Aceh meluncurkan progam polisi meupep-pep (cerewet) beberapa tahun silam. Polisi Meupep-pep dalam melaksanakan tugasnya untuk mengingatkan pengguna jalan bagaikan tak pernah ada kata-kata bosannya.

Hal itu dilakukannya untuk mengurangi resiko angka kecelakaan lalu lintas. Meski progam tersebut ada di seluruh Indonesia, namun tidak semua program berjalan semestinya.

Keahliannya untuk meupep-pep alias sikap cerewet yang dilakoni Perwira Menengah itu, tidak semua orang mampu untuk melakukannya. Terlebih, setiap hari yang ia ingatkan bukan hanya para ABG yang tidak mengerti aturan, bahkan ratusan pengguna jalan yang berseragam dinas pun ia ingatkan, apabila melakukan pelanggaran lalu lintas.

Ia adalah AKBP Adnan, salah seorang polisi yang bertugas di Polda Aceh, ia mampu menjalankan program perintah kesatuannya. Setiap hari, ia berkeliling Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Dengan menggunakan mobil patroli lalu lintas, sepanjang jalan ia mengingatkan warga ibu kota Provinsi, agar selalu mentaati aturan berlalu lintas.

Mulai mengingatkan bagi pelintas yang tidak menggunakan helm, yang melawan arah, terkadang juga turun dari mobil dinasnya hanya untuk menyeberangkan anak-anak sekolah. Sifat ini, jarang didapatkan pada sosok Perwira menengah lain yang bertugas di bawah jajaran Polda Aceh.

Dalam pelaksanaan tugasnya, AKBP Adnan selalu melontarkan kata-kata tentang pentingnya taat mengikuti peraturan lalu lintas, kata-kata yang ia gunakan pun sangat sederhana, yakni dengan bahasa Aceh. Terkadang menyelingi teguran dengan sindiran-sindiran menggelikan. Sejauh ini, hanya dia yang bisa menjalankan tugas itu.

Seperti terjadi baru-baru ini, saat AKBP Adnan singgah di warung kopi Rawa Sakti Simpang Mesra, Banda Aceh. Tampak, ia sangat akrab dengan semua pengunjung yang sedang menikmati secangkir kopi di warung tersebut.

Dari kejauhan tampak, ia sedang berbincang dengan beberapa pemuda, sesekali ia tersenyum, bahkan terkadang juga tertawa lepas. Sebagai seorang Perwira Menengah, AKBP Adnan hanya tampak seorang diri, tanpa di kawal dua ajudan dan seorang sopir pribadi. Hal ini, membuat seluruh pengunjung warung kopi bebas bila ingin duduk dekat dengan nya, bahkan sesekali ia diajak foto bersama oleh pengunjung di warung kopi itu.

Ketika Wartawan Medianad menanyakan, tentang hal yang sedang  diperbincangkan bersama pemuda-pemuda di warung kopi tersebut, AKBP Adnan menjelaskan, ini juga merupakan bentuk diskusi publik dengan pemuda-pemuda di warung kopi yang selalu ia lakukan.

"Hal seperti inilah yang membuat Kepolisian semakin akrab dengan masyarakat. Sebagai seorang polisi, bukan untuk ditakuti oleh masyarakat, akan tetapi disegani dalam bertugas, dan dihargai dalam kehidupan sosialnya,” ujar AKBP Adnan sang tokoh Meupep-pep.

 Ali, salah seorang pengunjung di warung kopi ketika diwawancarai Medianad tentang kegiatan Polisi Meupep-pep mengatakan, selaku seorang polisi yang bertugas sebagai sang pelopor keselamatan dalam berlalu lintas.

"AKBP Adnan sangat saya hormati dan segani, terlebih bapak itu di saat bertugas, selalu menyampaikan pesan-pesan yang positif, bersahabat dan sangat bermanfaat," tutur Ali pada Medianad baru-baru ini.

Masih menurut Ali, sifat cerewet 'Polisi Meupep-pep' saat bertugas, terkadang sangat ditunggu masyarakat, apalagi saat ia mengatakan "nyan !!! Hana dipakek helm, menyoe reubah ka hana lagak lee" (Nah !!! Itu tidak memakai helm, bila jatuh hilang cantiknya-red), apabila yang melintas di depannya gadis-gadis ABG.

"Hal-hal seperti itu, sangat berarti bagi masyarakat. Selain memberi efek malu,  bahasa-bahasa seperti itu lebih baik dari perlakuan denda, yang berupa tilang. Terlebih, kata-kata seperti itu dilontarkan untuk adik-adik yang masih ABG, yang kondisi psikologis nya masih sangat labil dalam berkendara," lanjut Ali.
Sementara Muhammad, salah seorang masyarakat Kota Banda Aceh ketika diminta tanggapan tentang Polisi Meupep-pep mengatakan, sebagai seorang perwira, AKBP Adnan merupakan panutan bagi pengendara di ibukota provinsi.

"Selain tidak pernah melakukan penilangan bagi pengendara yang melanggar lalu lintas, ia juga mampu membuat masyarakat patuh terhadap peraturan, misalnya penggunaan helm dan melawan arah," ungkap Muhammad.

Lebih lanjut ia menambahkan, polisi Meupep-pep sangat dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat kita, karena kalau ditilang, bandelnya semakin bertambah, apalagi sekarang kalau ada penilangan, ada saja yang mengandalkan kerabatnya.

"Akan tetapi, sifat cerewet polisi Meupep-pep itu sangat merata. Bukan hanya kalangan ABG, yang berbaju dinas pun ditegur sama bapak itu kalau jumpa tak pakai helm atau melanggar, hal itulah yang membuat masyarakat kian patuh terhadap peraturan," tuturnya kepada media ini.

Sementara itu, AKBP Adnan, sebelum bertugas menjadi polisi, pria kelahiran Meureudu, Pidie Jaya Aceh pada 10 Maret 1960 itu pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah koran terbitan Medan pada tahun 1979. Adnan yang dibesarkan di asrama TNI juga pernah menjadi asisten salah seorang dosen di sebuah universitas di Aceh.

Adnan menamatkan kuliah di jurusan Fisipol Dharma Wangsa, Medan. Dengan segudang pengalaman semasa kuliah dan saat menjadi polisi inilah membuat Adnan mampu menjadikan diri sebagai negosiator dan pembicara.

"Saya banyak mendapat bimbingan dari kawan-kawan sehingga saya mencoba untuk menyelamatkan pengguna jalan raya dari korban kecelakaan lalu lintas," ujarnya.

Sebelum menjalankan program polisi meupep-pep, Adnan sempat berdiskusi dengan sejumlah profesor di Universitas Syiah Kuala. Ia meminta saran dari para profesor untuk melakukan sosialisasi yang akan berjalan efektif di Aceh.

"Mengingat, Aceh pernah dilanda konflik. Maka, dengan sifat cerewet inilah yang mampu memberi sentuhan batin bagi pelanggar, selain efektif, dan angka pelanggar lalu lintas pun semakin menurun," jelas Adnan sang Polisi Meupep-pep.

Setelah program polisi meupep-pep diluncurkan, Adnan yang menjabat sebagai Kepala Pendidikan dan rekayasa Lalu Lintas Polda Aceh dipercaya menjadi koordinator pelaksana polisi meupep-pep dan pelaksananya seluruh Polres yang ada di Aceh.

Untuk belajar cerewet, selain pernah menjadi penjual obat, Adnan juga pernah menempuh pendidikan negosiator di Bandung. Ia juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah pengantar Ilmu Komunikasi.
"Berdasar pengalaman inilah saya lebih gampang untuk berbicara," ujar Adnan.

Kini, ia semakin akrab dengan masyarakat Aceh. Namanya kian terkenal, bukan hanya di kalangan masyarakat Kota Banda Aceh, akan tetapi hampir di seluruh pelosok Nusantara. Hal itu, setelah kiprah nya dalam 'meupep-pep' dipublikasi hampir di semua media, baik lokal maupun nasional. (zjp)