Monday, March 26, 2018

joelpantora

Banda Aceh (Pantoranews) : Sejak Polda Aceh meluncurkan progam polisi meupep-pep (cerewet) beberapa tahun silam. Polisi Meupep-pep dalam melaksanakan tugasnya untuk mengingatkan pengguna jalan bagaikan tak pernah ada kata-kata bosannya.

Hal itu dilakukannya untuk mengurangi resiko angka kecelakaan lalu lintas. Meski progam tersebut ada di seluruh Indonesia, namun tidak semua program berjalan semestinya.

Keahliannya untuk meupep-pep alias sikap cerewet yang dilakoni Perwira Menengah itu, tidak semua orang mampu untuk melakukannya. Terlebih, setiap hari yang ia ingatkan bukan hanya para ABG yang tidak mengerti aturan, bahkan ratusan pengguna jalan yang berseragam dinas pun ia ingatkan, apabila melakukan pelanggaran lalu lintas.

Ia adalah AKBP Adnan, salah seorang polisi yang bertugas di Polda Aceh, ia mampu menjalankan program perintah kesatuannya. Setiap hari, ia berkeliling Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Dengan menggunakan mobil patroli lalu lintas, sepanjang jalan ia mengingatkan warga ibu kota Provinsi, agar selalu mentaati aturan berlalu lintas.

Mulai mengingatkan bagi pelintas yang tidak menggunakan helm, yang melawan arah, terkadang juga turun dari mobil dinasnya hanya untuk menyeberangkan anak-anak sekolah. Sifat ini, jarang didapatkan pada sosok Perwira menengah lain yang bertugas di bawah jajaran Polda Aceh.

Dalam pelaksanaan tugasnya, AKBP Adnan selalu melontarkan kata-kata tentang pentingnya taat mengikuti peraturan lalu lintas, kata-kata yang ia gunakan pun sangat sederhana, yakni dengan bahasa Aceh. Terkadang menyelingi teguran dengan sindiran-sindiran menggelikan. Sejauh ini, hanya dia yang bisa menjalankan tugas itu.

Seperti terjadi baru-baru ini, saat AKBP Adnan singgah di warung kopi Rawa Sakti Simpang Mesra, Banda Aceh. Tampak, ia sangat akrab dengan semua pengunjung yang sedang menikmati secangkir kopi di warung tersebut.

Dari kejauhan tampak, ia sedang berbincang dengan beberapa pemuda, sesekali ia tersenyum, bahkan terkadang juga tertawa lepas. Sebagai seorang Perwira Menengah, AKBP Adnan hanya tampak seorang diri, tanpa di kawal dua ajudan dan seorang sopir pribadi. Hal ini, membuat seluruh pengunjung warung kopi bebas bila ingin duduk dekat dengan nya, bahkan sesekali ia diajak foto bersama oleh pengunjung di warung kopi itu.

Ketika Wartawan Medianad menanyakan, tentang hal yang sedang  diperbincangkan bersama pemuda-pemuda di warung kopi tersebut, AKBP Adnan menjelaskan, ini juga merupakan bentuk diskusi publik dengan pemuda-pemuda di warung kopi yang selalu ia lakukan.

"Hal seperti inilah yang membuat Kepolisian semakin akrab dengan masyarakat. Sebagai seorang polisi, bukan untuk ditakuti oleh masyarakat, akan tetapi disegani dalam bertugas, dan dihargai dalam kehidupan sosialnya,” ujar AKBP Adnan sang tokoh Meupep-pep.

 Ali, salah seorang pengunjung di warung kopi ketika diwawancarai Medianad tentang kegiatan Polisi Meupep-pep mengatakan, selaku seorang polisi yang bertugas sebagai sang pelopor keselamatan dalam berlalu lintas.

"AKBP Adnan sangat saya hormati dan segani, terlebih bapak itu di saat bertugas, selalu menyampaikan pesan-pesan yang positif, bersahabat dan sangat bermanfaat," tutur Ali pada Medianad baru-baru ini.

Masih menurut Ali, sifat cerewet 'Polisi Meupep-pep' saat bertugas, terkadang sangat ditunggu masyarakat, apalagi saat ia mengatakan "nyan !!! Hana dipakek helm, menyoe reubah ka hana lagak lee" (Nah !!! Itu tidak memakai helm, bila jatuh hilang cantiknya-red), apabila yang melintas di depannya gadis-gadis ABG.

"Hal-hal seperti itu, sangat berarti bagi masyarakat. Selain memberi efek malu,  bahasa-bahasa seperti itu lebih baik dari perlakuan denda, yang berupa tilang. Terlebih, kata-kata seperti itu dilontarkan untuk adik-adik yang masih ABG, yang kondisi psikologis nya masih sangat labil dalam berkendara," lanjut Ali.
Sementara Muhammad, salah seorang masyarakat Kota Banda Aceh ketika diminta tanggapan tentang Polisi Meupep-pep mengatakan, sebagai seorang perwira, AKBP Adnan merupakan panutan bagi pengendara di ibukota provinsi.

"Selain tidak pernah melakukan penilangan bagi pengendara yang melanggar lalu lintas, ia juga mampu membuat masyarakat patuh terhadap peraturan, misalnya penggunaan helm dan melawan arah," ungkap Muhammad.

Lebih lanjut ia menambahkan, polisi Meupep-pep sangat dibutuhkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat kita, karena kalau ditilang, bandelnya semakin bertambah, apalagi sekarang kalau ada penilangan, ada saja yang mengandalkan kerabatnya.

"Akan tetapi, sifat cerewet polisi Meupep-pep itu sangat merata. Bukan hanya kalangan ABG, yang berbaju dinas pun ditegur sama bapak itu kalau jumpa tak pakai helm atau melanggar, hal itulah yang membuat masyarakat kian patuh terhadap peraturan," tuturnya kepada media ini.

Sementara itu, AKBP Adnan, sebelum bertugas menjadi polisi, pria kelahiran Meureudu, Pidie Jaya Aceh pada 10 Maret 1960 itu pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah koran terbitan Medan pada tahun 1979. Adnan yang dibesarkan di asrama TNI juga pernah menjadi asisten salah seorang dosen di sebuah universitas di Aceh.

Adnan menamatkan kuliah di jurusan Fisipol Dharma Wangsa, Medan. Dengan segudang pengalaman semasa kuliah dan saat menjadi polisi inilah membuat Adnan mampu menjadikan diri sebagai negosiator dan pembicara.

"Saya banyak mendapat bimbingan dari kawan-kawan sehingga saya mencoba untuk menyelamatkan pengguna jalan raya dari korban kecelakaan lalu lintas," ujarnya.

Sebelum menjalankan program polisi meupep-pep, Adnan sempat berdiskusi dengan sejumlah profesor di Universitas Syiah Kuala. Ia meminta saran dari para profesor untuk melakukan sosialisasi yang akan berjalan efektif di Aceh.

"Mengingat, Aceh pernah dilanda konflik. Maka, dengan sifat cerewet inilah yang mampu memberi sentuhan batin bagi pelanggar, selain efektif, dan angka pelanggar lalu lintas pun semakin menurun," jelas Adnan sang Polisi Meupep-pep.

Setelah program polisi meupep-pep diluncurkan, Adnan yang menjabat sebagai Kepala Pendidikan dan rekayasa Lalu Lintas Polda Aceh dipercaya menjadi koordinator pelaksana polisi meupep-pep dan pelaksananya seluruh Polres yang ada di Aceh.

Untuk belajar cerewet, selain pernah menjadi penjual obat, Adnan juga pernah menempuh pendidikan negosiator di Bandung. Ia juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah pengantar Ilmu Komunikasi.
"Berdasar pengalaman inilah saya lebih gampang untuk berbicara," ujar Adnan.

Kini, ia semakin akrab dengan masyarakat Aceh. Namanya kian terkenal, bukan hanya di kalangan masyarakat Kota Banda Aceh, akan tetapi hampir di seluruh pelosok Nusantara. Hal itu, setelah kiprah nya dalam 'meupep-pep' dipublikasi hampir di semua media, baik lokal maupun nasional. (zjp)

0 komentar: