Sunday, September 17, 2017

JOELPANTORA

Dua unit kapal milik Dinas Perhubungan, yakni KPLP dan Adpel Malahayati Aceh. Sebelum Tsunami melanda bumi Serambi Mekkah, kedua kapal ini berfungsi sebagai kapal patroliyang disiagakan di Pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh.

Gelombang besar 2004 silam yang memporak-porandakan Aceh membuat kapal ini terdampar di Dusun Tuan Di kandang, Punge Blangcut. Beberapa waktu yang lalu, kedua unit kapal ini Sempat diminta kembali oleh dinas terkait. Namun, warga sekitar pasang badan mempertahankan keberadaannya.

“Biarkan jadi bukti sejarah, betapa dahsyatnya gelombang tsunami untuk anak-anak kami hingga puluhan puluh tahun atau bahkan hingga beberapa abad ke depan,” ucap salah seorang warga ketika menyambangi lokasi ini.

Posisi kapalnya yang miring 80 derajat itu, harus ekstra hati-hati kala menaiki atau saat berjalan di atasnya. Di dek kapalnya agak sedikit licin karena kapal ini terbuat dari bahan jenis fiber, sehingga anak-anak yang tinggal dikawasan ini sering dijadikan perosotan. Tak jarang ketika ada wisatawan yang berkunjung, beberapa bocah selalu mengingatkan untuk melepaskan alas kaki.

Kini, kapal tersebut menjadi saksi bisu masyarakat Gampong Punge Blangcut, betapa dahsyatnya gelombang laut 13 tahun silam itu. 

JOELPANTORA
Pada tahun 2016 lalu, lokasi ini mulai dicagarkan pemerintah melalui Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh. Walaupun kedua kapal ini terletak berdekatan dengan lokasi wisata Kapal Apung. Akan tetapi, tetap saja luput dari kunjungan wisatawan yang berwisata ke Kota yang berjulukan Kota Madani. 

Entah karena lokasinya yang kurang strategis. Sehingga kedua Kapal yang berada diantara hehimpitan rumah warga itu tak se-populer nama wisata Kapal Apung. 

Saat mengunjungi objek wisata ini, memang lokasinya tak seindah dan menarik objek wisata lainnya. Selain tak nampak dari jalan lintas Gampoeng Punge, gang masuknya ke lokasi juga sangan kecil, juga tertutupi rumah warga.


0 komentar: