Thursday, December 18, 2014

Staf BMKG Stasiun Geofisika Kepahiang, Bengkulu
Setelah sejumlah daerah di Pulau Sumatera mengalami bencana hidrometeorogi (banjir, longsor), kini giliran Pulau Jawa yang tertimpa. Tidak tanggung-tanggung akibat bencana longsor di Banjarnegara, korban ditemukan 52 orang meninggal, serta 649 orang mengungsi serta puluhan pemukiman tertimbun tanah longsor. Korban yang sudah teridentifikasi 18 orang di antaranya laki-laki, termasuk seorang anak, dan 17 korban lainnya perempuan. Petugas masih mencari 69 orang lainnya yang hilang akibat longsor yang terjadi Jumat (12/12) petang tersebut.
Upaya pencarian tidak mudah karena di lokasi bencana, tanah bercampur air sehingga sangat lembek dan sulit dilewati. Sembilan alat berat yang sudah disiapkan juga hanya empat yang bisa menjangkau lokasi. Lima alat berat lainnya tertahan karena jalan tertutup longsor.
Bencana longsor di Dusun Jemblung terjadi akibat multifaktor. Penyebab bencana meliputi kondisi tanah yang lapuk, topografi yang relatif curam, permukiman yang membebani tanah lereng, dan curah hujan yang tinggi. Sejak 9 hingga 11 Desember 2014 berturut-turut di wilayah Banjarnegara terjadi hujan lebat. Curah hujan yang tinggi dan berturut-turut inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya longsor di sejumlah titik di wilayah Banjarnegara. Distribusi hujan terpusat di wilayah Banjarnegara dengan total intensitas 100 hingga 140 milimeter selama tiga hari, yakni dari 9 Desember hingga 11 Desember 2014. Longsor terjadi pada Jumat (12/12) tempo hari.

Peringatan Diabaikan
Besarnya dampak longsor pada bencana di Dusun Jemblung sebenarnya sudah dapat diprediksi. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio mengatakan, wilayah permukiman warga di dusun itu berada di kawasan sangat rawan longsor dan pergerakan tanah. BPBD sudah sering mengingatkan warga bahwa tinggal di daerah rawan longsor berbahaya. Namun, warga tak begitu menghiraukan imbauan tersebut.
Tanda-tanda potensi longsor jelas di Karangkobar. Bahkan, pada 5 Desember 2014, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)-Badan Geologi mengirim surat peringatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bahwa Karangkobar masuk dalam 20 kecamatan rentan longsor katagori menengah hingga tinggi di Banjarnegara. Namun, pemberitahuan gamblang itu tak direspons dengan baik. Informasi potensi bencana tidak ditindaklanjuti di lapangan dengan pemetaan partisipatif warga.

Tanggap Darurat Saja Tidak Cukup
sumber harian rakyat aceh

“Mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”. Sudah saatnya kita mengubah paradigma dari tanggap darurat menjadi upaya mitigasi. Kita harus memberikan porsi lebih dalam upaya mitigasi daripada tanggap darurat. Upaya mitigasi bisa berupa sosialisasi wilayah-wilayah rawan bencana. Edukasi cara evakuasi mandiri juga perlu digalakkan. Serta pada tahap akhir diharapkan masyarakat dengan kesadaran sendiri melakukan relokasi ke daerah-daerah yang lebih aman.
Dalam upaya mitigasi ini, maka sudah selayaknya pemerintah mempertegas kembali larangan-larangan mendirikan pemukiman pada kawasan yang rawan potensi bencana. Tentu ketegasan ini perlu dinaungi oleh regulasi (peraturan/perundang-undangan) yang kuat demi kebaikan kita bersama. Belajar dari negara-negara maju yang memiliki sistem mitigasi dan regulasi yang kuat seperti Jepang. Pemerintah Jepang sangat tegas memberikan larangan dan tindakan kepada masyarakatnya untuk memdirikan pemukiman pada wilayah-wilayah yang menjadi “zona steril” dari pemukiman warga.
Mental masyarakat kita belum siap dengan kata-kata “diimbau”. Masyarakat kita masih memiliki mental yang harus ”dipaksa” agar mau melakukan tindakan termasuk tindakan relokasi ke tempat aman dari wilayah potensi bencana.
Jika upaya kita masih sebatas imbauan dan lebih mementingkan tindakan pascabencana daripada prabencana, maka bersiaplah untuk menunggu dan mengangkut mayat-mayat selanjutnya akibat bencana longsor yang terus berulang setiap tahun. Tentu kita semua menyadari, satu nyawa yang hilang sudah terlalu mahal. Kita tidak ingin bencana serupa terjadi lagi di negeri ini. (*)

0 komentar: