Friday, November 14, 2014

  Peristiwa sangat berkesan tentang memaafkan saya alami ketika mondok di salah satau pesantren , saat itu saya dan teman2 belum sepenuhnya eling alias kebandelan kami kadang muncul. suatu hari kami berkumpul di asrama putra. kami ngobrol tentang hasil ulangan tiba2 datang teman lain membawa tape recorder 3 bungkus rokok dan peralatan rebana kontan saja kami menyebutkan dan langsung membunyikan tape recorder yang berisi kaset disco. lantas saya berdiri dan berjoget dengan semangat. sementara teman yang lain ada yang bernyanyi, ada yang merokok sambil tertawa. suasan makin heboh ketika teman2 ikut berjoget dan rebana di bunyikan keras2.

        tanpa kami sadari tiba2 bapak kyai sudah duduk didepan pintu kamar, sambil membaca kitab. kami sangat terkejut dan spontan diam. segala hingar bingar langsung berhenti, tanpa mengucap kata sepatah pun, bapak kyai lantas pergi kek kantor pondok setelah beliau pergi muncul penyesalan didalam diri kami. terbayang hukuman berat yang akan segera menimpa, apalagi kesalahan yang kami lakukan belum pernah terjadi sebelumnya. dan pesantren kami terkenal tegas memberikan hukuman pelanggaran akhlak. tak jarang seorang santri di keluarkan.

        beberapa jam kemudian bapak kyai memanggil saya, saya sangat takut. dengan hati tidak tenang saya memberanikan diri menghadapi beliau. tapi semua yang saya bayngkan jauh dari kenyataan. bapak kyai malah mangajak saya dan teman2 masak nasi goreng bersama beliau. kami hanya menyiapkan bumbu dan peralatan, sementara beliau yang mengolah bumbu dan memcampurnya dengan nasi, dan jadilah nasi goreng yang paling istimewa dalam hidup kami. sikap beliau juga baik, seakan sudah melupakn kesalahan kami. selesai makan bersama, dengan nada mengejutkan beliau berpesan , " santri2 ku, mari kita berusaha untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan pesantren kita demi menegakkan syariat islam" .

       sikap beliau sangat menggores hati kami. membuat kami terharu dan memmunculkan keinginan yang kuat untuk memperbaiki diri. alhamdulillah, sejak itu kami tidak mau lagi jadi murid urakan. saya dan teman2 bersungguh2 supaya jadi orang yang terbaik.

       ternyata sikap memaafkan membawa orang lain merubah dirinya secara ikhlas. meski memberi maaf buat orang yang jelas2 bersalah, tentu jauh lebih sulit dari pada memohon maaf. apalagi kami kami emang layak di hukum dan bapak kyai punya wewenaang melakukan itu, hingga kini peristiwa itu kerap teringat dan membuat saya berharap dari ini dapat berjiwa besar dan menampilkan akhlak yang islami.

0 komentar: